Selasa, 13 Januari 2009

Taman Nasional Danau Sentarum

· Sejarah Penunjukan Kawasan
Kawasan ini ditetapkan untuk pertama kalinya sebagai Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Penunjukan Direktur Jenderal Kehutanan No. 2240/DJ/I/1981 tangal 15 Juni 1981 dengan luas 80.000 ha sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 757/Kpts-II/Um/10/1982 (Rencana Tata Guna Hutan) tanggal 12 Oktober 1982 dengan luas 75.000 ha, kemudian pada tahun yang sama (1982) komplek Danau Setarum diusulkan menjadi Suaka Margasatwa oleh Sub-Balai KSDA Kalimantan Barat dengan luas 80.000 ha.
Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan Surat keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 34/Kpts-II/1999 tanggal 4 Pebruari 1999, status kawasan ini berubah menjadi Taman Nasional Danau Sentarum dengan luas lebih kurang 132.000 ha.
· Letak Kawasan

Sebagai Suaka Margasatwa, secara geografis terletak antara 00°45’ - 01°02’ LU dan 111°57’ - 112°20’ BT dan secara administrasi masuk wilayah Kabupaten Dati II Kapuas Hulu dan termasuk dalam 5 (lima) kecamatan, yaitu Kecamatan Batang Lupar, Badau, Selimbau, Semitau dan Empanang. Kawasan yang merupakan sekumpulan danau-danau air tawar dan hutan tergenang ini memiliki keunikan tersediri dan letaknya di pedalaman hulu sungai yang berjarak sekitar 700 km dari muara Sungai Kapuas di Pontianak.
· Kondisi Fisio-Ekologi
Menurut Schmidt & Ferguson masuk dalam klasifikasi tipe iklim A dengan nilai Q = 9,75 % dan curah hujan 4.000 - 4.727 mm/tahun. Besarnya curah hujan ini sangat mempengaruhi keadaan ekosistem danau, dimana kondisi lapangan yang merupakan dataran rendah dengan cekungan-cekungan akan terendam air bila musim penghujan tiba dengan kedalam antara 6 - 14 m dan menjadi lapangan kering bila musim kemarau tiba.
Sekitar sembilan bulan dalam setahun, danau-danau di kawasan ini hampir selalu tergenang air dan pada bulan Juli – Agustus, genangan air pada danau-danau tersebut mulai menurun dan kemudian menjadi daratan yang kering dengan hanya sungai-sungai kecil yang mengalir di sekitar danau tersebut. Kondisi seperti ini merupakan siklus normal setiap tahunnya dan sangat mempengaruhi ekosistem danau secara keseluruhan.
Keadaan lingkungan Danau Sentarum ini sangat komplek tersebut, dengan sistem fluktuasi pasang surut yang sangat menonjol ini, selain mempengaruhi ekosistem danau secara keseluruhan, juga memainkan peranan penting sebagai daerah penyangga bagi sistem perairan Sungai Kapuas, seperti mencegah terjadinya bahaya banjir dan sebagai tempat menyimpan cadangan air sehingga saat musim kemarau keadaan tinggi permukaan air di Sungai Kapuas tetap terjaga.
Kawasan hutan rawa gambut yang terdapat di sekitar daerah aliran sungai dan danau-danau disini banyak mengandung asam-asaman dan tanin dengan tingkat kesadahan air yang berkisar antara pH 4 – 5,5. Kondisi air cenderung berwarna gelap (coklat merah kehitaman), juga menyebabkan penetrasi cahaya matahari yang masuk ke dalam air sangat rendah, sehingga tingkat kesuburan atau kandungan nutrisi perairan tersebut rendah sekali.
· Keadaan Flora
Selain keunikan habitatnya, tumbuhan yang terdapat di Danau Sentarum ini juga mempunyai keunikan tersendiri dimana hampir sebagian besar jenis tumbuhannya mempunyai penampakan yang berbeda dengan tumbuhan yang berada di luar Danau Sentarum. Misalnya saja jenis Dichilanthe borneensis salah satu tumbuhan khas (endemik) dan langka yang ditemukan oleh Beccari, dimana jenis ini merupakan Mising Link antara Rubiaceae dan Famili-familinya, serta satu jenis dari Marga Vatica yaitu Vatica menungau (Menungau) yang hanya dapat ditemukan di Danau sentarum, disamping juga Eugeissona ambigua (Ransa) yang merupakan tumbuhan langka dan diperkirakan menjelang kepunahan dan yang sangat mengagumkan ada satu jenis tumbuhan yang sama dengan yang ada di Amazon yaitu Crateva relegiosa (Pungguk). Menurut Gisen (1995), dari hasil pengumpulan specimen tumbuhan yang telah dilakukannya, banyak jenis yang tidak dapat diidentifikasi dengan menggunakan referensi Taxonomi terbaru dan kemungkinan merupakan ilmu baru.
Tipe vegetasi di Danau Sentarum sangat beragam, yaitu terdiri dari tipe-tipe sebagai berikut :
1. Hutan Rampak Gelagah (Hutan Rawa Kerdil) yaitu hutan rawa dengan pohon-pohon setinggi 5 – 8 meter dan tergenang air selama 8 – 11 bulan dalam setahun. Hutan ini ditandai dengan banyaknya Putat (Baringtonia acutangula) dan Mentangis (Ixora mentangis). Disamping juga terdapat kayu Tahun (Carallia bracteata), Kebesi (Memecylon edule), Kerminit (Timonius flavescens) , Melayak (Croton ensifolius), Galangan dan Landak (Gardenia tubifera).
2. Hutan Gelagah (Hutan Rawa Terhalang) yaitu hutan rawa musiman dengan pohon-pohon kerdil setinggi 10 – 15 meter. Hutan ini ditandai dengan pohon-pohon yang dominan seperti Kamsia, yang banyak ditumbuhi oleh epiphyt, pohon Menungau (Vatica menungau) dan Kenarin (Diospyros coriacea). Setiap tahun pohon-pohon ini terendam setinggi 3 – 4 meter selama 4 – 7 bulan, sehingga hanya terlihat tajuknya saja. Hutan Gelagah ini terkadang pula banyak ditumbuhi oleh Kawi (Shorea belangeran) yang dapat mencapai ketinggian lebih dari 30 meter.
3. Hutan Pepah (Hutan Rawa Tegakan) yaitu hutan rawa dengan tumbuhan yang agak tinggi, yaitu dapat mencapai 25 – 35 meter. Hutan rawa ini banyak ditumbuhi oleh pohon Kelansau, Emang dan Melaban. Pada saat banjir paling tinggi hutan ini tergenang antara 1 – 3 meter selama 2 – 4 bulan.
4. Hutan Tepian (Hutan Riparian) adalah hutan yang biasa dijumpai ditepian sungai besar seperti Sungai Tawang, Belitung dan Empanang. Hutan ini terkadang tergenang selama enam bulan dalam setahunnya. Keberadaan pohon Rengan Merah (Gluta renghas) dan Rengas Manuk (Gluta sp.) sering dapat menjadi petunjuk untuk tipe hutan ini.
5. Hutan Rawa Gambut terdapat disekeliling danau pada daerah yang agak tinggi. Hutan ini mungkin tergenang selama 1 – 4 bulan setahun dengan tinggi genangan kurang dari 1,5 meter. Pohon-pohon yang tumbuh pada tanah gambut yang cukup tebal ini umumnya lebih kecil seperti Bintangur (Callophylum spp.), Kapur (Dryobalanops abnormis), Jambu-jambuan (Eugenia spp.) dan Terindak (Shorea seminis).
6. Hutan Dataran Rendah Perbukitan, tipe hutan ini didominasi oleh jenis-jenis dari family Dipterocarpaceae perbukitan rendah seperti Tengkawang Rambai (Shorea smithiana), Resak (Vatica umbonata) dan (Vatica micratha), Kruing dan Tempurau (Dipterocarpus spp.).
7. Hutan Kerangas, tumbuhan yang tumbuh pada tipe hutan ini biasanya agak kerdil dengan tinggi sekitar 20 – 26 meter, dengan diameter batang yang kecil (kurus) menyerupai pohon pada tingkat tiang. Tanahnya berpasir dan sangat miskin unsur hara (tidak subur).
· Keadaan Fauna
Potensi fauna yang terdapat pada kawasan ini juga cukup banyak dimana dari hasil pengamatan yang telah dilakukan selama lebih kurang empat tahun, berhasil diidentifikasi sebanyak 80 jenis mammalia, 26 jenis reptil, 270 jenis burung dan 260 jenis ikan. Kemungkinan jenis tersebut masih dapat bertambah karena kelompok mammalia kecil, reptilia, amfibia dan invertebrata belum banyak diteliti.
Dari jenis-jenis yang telah berhasil didata ini, banyak diantaranya yang merupakan jenis endemik, langka atau menjelang kepunahan. Seperti misalnya Bekantan (Nasalis larvatus), Kepuh (Presbytis melalophos cruniger), Orang utan (Pongo pygmaeus). Beberapa jenis reptilia penting sperti buaya muara (Crocodylus porosus) dan buaya senyulong (Tomistoma sclagelli), dan bahkan buaya katak/rabin (Crocodylus raninus) yang di Asia telah dinyatakan punah sejak 150 tahun yang lalu diperkirakan masih ada disini.
Mengenai jumlah jenis ikannya juga lebih banyak dari semua jenis ikan air tawar diseluruh benua Eropa, jenisnya sangat beragam mulai dari yang paling kecil sampai yang paling besar yaitu ikan Tapah (Wallago leeri) dari yang tidak bernilai ekonomi sanpai pada ikan hias yang mempunyai nilai jutaan rupiah seperti ikan Siluk Merah (Scleropages formosus).
Burung di kawasan ini juga sangat beragam, lebih dari 12 % burung yang pernah ditemukan di Indonesia terdapat disini. Beberapa diantaranya merupakan burung yang berukuran besar dan termasuk langka seperti Bangau Hutan Rawa (Ciconia stromi), Bangau Tuntong (Leptoptilus javanicus), 8 jenis Rangkong (Bucerotidae).

Tidak ada komentar: